Jumat, 22 Agustus 2008

Kambing Perah

Belum banyak yang familiar dengan kebiasaan minum susu kambing. Meski demikian akhir-akhir ini produk susu segar maupun olahan dari susu kambing semakin banyak dicari oleh masyarakat. Alasan ketertarikan untuk mengkonsumsi susu kambing tidak lain adalah karena khasiat yang disebut-sebut terkandung di dalamnya.

Belakangan ini susu kambing digunakan untuk pengobatan , pemeliharaan kesehatan, dan membantu penyembuhan berbagai jenis penyakit. Survei United Departement of Agriculture menyebutkan bahwa susu kambing baik untuk berbagai keadaan terutama mencegah penyakit. Malah dianjurkan untuk penderita penyakit TBC, asma, anemia, hepatitis, kram otot dan tukak lambung.Bahkan tidak sedikit kalangan medis yang melakukan terapi kepada pasiennya dengan menggunakan susu kambing.

Susu kambing dapat diolah dalam berbagai bentuk. Selain pembuatan susu pasteurisasi, susu kambing juga bisa diolah menjadi pembuatan kefir (susu asam), yoghurt, ice cream dan dodol susu.

Terbukanya pasar untuk produk ini tentunya cukup menantang pebisnis untuk memasuki bisnis budidaya kambing perah. Coba simak beberapa keuntungan usaha budidaya kambing perah dalam sebuah tawaran pelatihan yang diadakan oleh Trubus berikut. Kambing perah menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Keuntungan beternak kambing perah pun menggiurkan. Dengan modal Rp90 juta untuk 30 indukan betina diperoleh pendapatan Rp102.400.000/tahun. Itu belum termasuk penjualan anakan yang digemukkan dan kotoran.”

Berminat masuk ke bisnis ini? Selain mempersiapkan modal, tentu saja pebisnis harus mempersiapkan beberapa hal. Yang utama adalah masalah kepastian pemasaran. Untuk ini pebisnis bisa mencari informasi pasar dan mencari jaringan yang pasti bisa menampung produksi nantinya. Saat ini juga terdapat usaha-usaha yang khusus menangani penjualan susu segar, dengan mengumpulkan produk dari para peternak.

Dan tentu saja pengetahuan tentang budidaya kambing perah yang baik juga mesti dimiliki. Bagaimana memilih induk yang baik, membangun kandang yang benar, mengatur pakan, pemeliharaan anak, serta teknik memerah susu. Jenis peranakan Etawah (PE) lebih sering dimanfaatkan peternak kambing perah. Hal tersebut mengingat kelompok kambing PE merupakan kambing yang bertubuh besar, cepat tumbuh, dan dikalangan peternak telah mendapatkan tempat dihati mereka mengingat harga jualnya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kambing lokal serta produksi susu juga lebih bagus

Berternak Itik

Bisnis budidaya itik memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Apalagi jika budidaya dilakukan secara intensif dalam arti tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan sambilan. Selain memiliki peluang bagus untuk dikembangkan karena permintaan yang makin tinggi dari masyarakat untuk konsumsi telur dan daging, peternakan itik membutuhkan pakan, khususnya sumber protein yang efisien.

Itik di Indonesia awalnya berasal dari Jawa. Sementara di Inggris dikenal dengan nama Indian Runner (Anas javanica). Berbagai jenis itik lokal dikenal penamaannya berdasarkan tempat pengembangannya, wilayah asal dan sifat morfologis. Mungkin Anda pernah mendengar nama-nam itik seperti itik Alabio (dari Kalimantan Selatan), itik Tegal dan itik Mojosari dan Itik Maros.

Umumnya usaha peternakan itik ditujukan untuk itik petelur. Namun peluang itik pedaging juga bisa diambil dari itik jantan atau itik betina yang sudah lewat masa produksinya. Selain itu bisa juga pebisnis mengambil bagian pembibitan ternak itik sebagai fokus usaha.

Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan dan pemasaran hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak itik (5-8 minggu), pemeliharaan itik Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan itik petelur (umur 20 minggu ke atas).

Masa produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun. Produksi telur rata-rata itik lokal berkisar antara 200-300 butir per tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, itik alabio memiliki produktivitas tinggi di atas 250 butir per tahun dengan masa produksi telur hingga 68 minggu.

Pengembangan dan pemeliharaan itik potong agar tercapai efisiensi pemanfaatannya menurut D.L Satie (1991) seperti dikutip Majalah Poutry Indonesia Online, dapat menggunakan itik yang telah lewat masa produksinya maupun itik jantan. Hal ini dimaksudkan karena itik jantan mempunyai beberapa keunggulan dan keuntungan kalau ditinjau dari segi ekonomisnya. Sementara untuk harga bibit, itik jantan lebih murah jika dibandingkan itik betina, karena msyarakat selama ini hanya mengenal dan memetik keuntungan dari itik betina sebagai petelur.

Masih menurut Satie, pemeliharaannya tidak membutuhkan waktu yang lama, dimana hasil sudah bisa dipetik dalam waktu 2-3 bulan. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya relatif lebih baik daripada itik betina. Berat badan sampai saat dipotong tidak kurang dari 1,5 kg. Dengan memanfaatkan itik jantan, dalam waktu yang relatif singkat sudah dapat dicapai berat yang lebih dibutuhkan. Pemotongan pada umur yang relatif muda, menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih tinggi

Budidaya Belut

Tak heran jika akhir-akhir ini banyak media mengekspos tentang besarnya peluang bisnis budidaya belut. Dan bagi yang terbiasa ‘melek’ di depan internet, mungkin juga tak jarang menemukan sebuah forum yang memperbincangkan tentang gurihnya berbisnis di bidang yang satu ini. Sebenarnya seberapa besar peluang budidaya belut?

Mengandalkan belut tangkapan dari alam untuk dipasarkan kembali ternyata sudah bukan sesuatu yang mudah lagi. Pasokan yang didapat dengan cara tersebut lama kelamaan semakin menipis. Berangkat dari kenyataan tersebutlah Ardiyan Taufik, pria dari kota Solo yang telah bergelut dalam bisnis ekspor belut semenjak 4 tahun yang lalu, akhirnya mulai merintis budidaya belut. Ia banyak berhubungan dengan para pengepul di berbagai daerah di Tanah Air untuk kemudian dikumpulkan dan dijual ke luar negeri.

Bisnis budidaya belut sendiri dimulai sekitar 1,5 tahun yang lalu (awal tahun 2006).Berdasarkan pengalaman bisnis budidayanya, menurut Ardiyan budidaya belut terbilang tidak sulit. Pebisnis yang ingin serius menekuni budidaya belut hanya dituntut untuk intens dalam hal perawatan dan pemberian pakan. Sementara dalam pemberian pakan pun, kata Ardian, pakan belut termasuk simpel. Pakan belut itu tidak berhubungan dengan pabrik. “Pakannya bisa keong mas atau bekicot. Jadi tidak tergantung pada pakan hasil pabrik,” ujar Ardiyan. Berdasarkan hitung-hitungan biaya operasional, biaya pakan tersebut menurut Ardiyan hanya menggunakan 15%-20% dari biaya operasional. Jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan komoditas perikanan lain yang biaya pakannya menelan hingga 60% dari biaya operasional.

Hanya saja menurut Ardiyan, banyak peternak pemula yang belum mengetahui seluk beluk membudidayakan komoditas yang satu ini. Biasanya para pemula akan bersemangat hanya sekitar 1 hingga 5 minggu di awal bisnis budidayanya. Selanjutnya mereka mengira bahwa usaha tidak berhasil karena tidak melihat tanda-tanda kehidupan ternak di siang hari. Padahal belut memang tidak aktif seperti produk perikanan lainnya. “Belut ini hewan malam, dan nyaris tidak kelihatan, tidak seperti ikan,” ujar Ardiyan.

Berminat budidaya belut, pada dasarnya modal menurut Ardiyan bukanlah yang utama. Jika calon pebisnis memiliki kolam semen, atau bahkan jika tidak ada bisa menggunakan kolam terpal. Sementara untuk bibitnya calon pebisnis bisa memulai dengan berusaha mendapatkan bibit dari sawah. Bibit belut bisa lebih mudah didapatkan di sekitar pertanian organik. Jika tidak bisa didapat dengan cara gratis, sambung Ardiyan, bibit belut sawah bisa didapat dengan harga sekitar Rp25.000/kg.

Jika dibudidayakan secara intens, bibit belut berukuran sebesar rokok akan membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 6 bulan untuk bisa dipanen untuk kemudian dipasarkan. Pilihannya ada pada pebisnis sendiri. Jika ingin dipasarkan secara lokal, biasanya waktu 3, 4 atau 5 bulan cukup untuk budidaya. Sementara untuk pasar ekspor biasanya akan memakan waktu 6 bulan.

Bicara harga jual juga menarik. Dari hasil panen, Ardiyan bisa mematok harga sekilo belut isi 10 seharga Rp15.000 untuk pasar lokal, bahkan bisa mencapai Rp18.000 di enuser. Sementara untuk pasar ekspor biasanya sekilo isi 10 dengan harga Rp20.000.

Tentang pasar ekspor belut sendiri, Ardiyan juga lebih tahu. “Coba saja lihat Singapura dan Malaysia, mereka darimana mendapatkan belut, kan tidak ada sawah,” ilustrasi Ardiyan. Jadi jika pun ada pihak-pihak yang pesimis dengan tidak adanya pasar ekspor bagi hasil budidaya belut Tanah Air, menurutnya harus dibuktikan sendiri. Hanya saja pebisnis yang benar-benar menekuni budidaya sekaligus pemasaran seperti Ardiyan, tentu saja tak bisa hanya mengandalkan modal dan ketekunan saja. “Siapa saja bisa berjualan, tapi tentu saja untuk menembus tempat yang dituju Kita harus mengembangkan relasi,” tutur Ardiyan.

-

Pembesaran Ikan Berkumis

Jika Anda santai-santai berkeliling kota, coba perhatikan kiri kanan jalan. Banyak jajanan ditawarkan mulai dari bentuk jajanan kaki lima hingga restoran. Salah satu menu yang gampang ditemui di sepanjang jalan hampir di setiap kota adalah lele. Sebut saja pecel lele, lele goreng dan lainnya. Bagi yang tengah mencari ide bisnis, pernah terpikir untuk berbisnis yang berhubungan dengan ikan berkumis ini?

Sering sekali hal kecil tidak terpikirkan oleh Kita. Pada contoh di atas, bisa diketahui betapa banyak kebutuhan lele konsumsi setiap hari yang diserap oleh tempat-tempat jajanan tersebut. Belum lagi ibu-ibu rumah tangga yang suka membeli lele dalam kondisi segar di pasar-pasar tradisional hingga supermarket. Ya, biasanya para ibu menyukai lele disamping karena rasanya yang enak, bisa didapatkan dalam bentuk yang fresh atau masih hidup ketika dibeli.

Di Indonesia ada 6 jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).

3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).

4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).

5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).

6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo, King cat fish, berasal dari Afrika

Potensi permintaan lele yang besar menyaratkan komoditas ini memiliki peluang baik untuk dikembangkan. Hal tersebut juga didukung oleh manfaat yang bisa didapat dari lele. Selain dijadikan sebagai bahan makanan, ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.Selain itu ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. Disamping juga ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit seperti asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah.

Pebisnis di bidang ini bisa memilih diantara usaha pembibitan dan pembesaran. Usaha pembesaran memang butuh modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan. Namun, untung yang bisa dicapai juga lebih menjanjikan.

Jika dibandingkan ikan konsumsi jenis lainnya, lele tergolong menghasilkan lebih cepat. Lele bisa dipanen sekitar 40-50 hari, sementara ikan lain seperti gurame baru bisa menghasilkan sekitar 8 bulan.

Perkiraan perhitungan bisnis setidaknya begini. Satu kolam lele seluas 400 meter persegi bila ditanami 10.000 ekor benih ukuran 9 cm -12 cm dan dipelihara selama 40-50 hari maka perkiraan panen mencapai satu ton lele dengan nilai Rp7,6 juta dengan asumsi harga tingkat peternak Rp7.600 per kilogram. Nilai keuntungan bersih dengan luasan tersebut mencapai sekitar Rp2,5 juta hingga Rp3 juta

Harga di tingkat petani bervariasi antara Rp7.500 hingga Rp9.000 tergantung juga kepada kondisi dan besar lele. Sementara di tingkat pengecer bisa mencapai harga sekitar Rp13 ribu per kilogram.

Pebisnis di bidang ini bisa memilih diantara usaha pembibitan dan pembesaran. Usaha pembesaran memang membutuhkan modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan. Namun, untung yang bisa dicapai dari bidang ini juga lebih menjanjikan.

Selain pasar dalam negeri yang terbuka lebar, saat ini peluang ekspor lele berbentuk fillet mulai terbuka untuk pasar Amerika dan Eropa. Lele diekspor dalam bentuk fillet atau daging sayat sehingga daging yang dipakai hanya sekitar 35 persen dari total daging. Hanya saja khusus untuk tujuan ekspor, pebisnis harus menghasilkan lele berukuran besar. Pasar ekspor menyerap lele ukuran 800 gram ke atas per ekor

Untuk menangguk sukses di bidang ini, pebisnis harus mengetahui teknik pemeliharan dan pembesaran lele yang dapat mengisi pangsa pasar. Selain mempengaruhi rasa daging lele, pengetahuan tentang teknik tersebut dapat menciptakan efesiensi dan efektif produksi suatu kolam akan memberikan keuntungan bagi peternak

-

SAOS TOMAT

I. PENDAHULUAN

Saos adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang merangsang (sam dengan tanpa rasa pedas). Walaupun mengandung air dalam jumlah besar, saos mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan seringkali diberi pengawet. Saos tomat dibuat dari campuran bubur buah tomat dan bumbu-bumbu. Pasta ini berwarna merah muda sesuai dengan warna tomat yang digunakan

  1. PENDAHULUAN

Saos adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang merangsang (sam dengan tanpa rasa pedas). Walaupun mengandung air dalam jumlah besar, saos mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan seringkali diberi pengawet.

Saos tomat dibuat dari campuran bubur buah tomat dan bumbu-bumbu. Pasta ini berwarna merah muda sesuai dengan warna tomat yang digunakan.

III. BAHAN

    1. Buah tomat. Buah tomat yang digunakan adalah yang telah matang sempurna dan berwarna merah rata. Jumlah 10 kg.
    2. Bumbu. Bumbu-bumbu terdiri dari bawang putih giling (300 gram), bawang merah giling (300 gram), merica bubuk (100 gram), kayu manis bubuk (30 gram), gula pasir putih bersih yang telah dihaluskan (2 kg), cabe giling (100 gram), dan garam halus (500 gram).
    3. Pengawet. Pengawet adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak saus. Pengawet yang digunakan adalah senyawa benzoat dalam bentuk asam benzoat (C6H5COOH) atau garamnya (sodium benzoat dan kalsium benzoat).

Asam benzoat larut dalam air (21,0 gram per liter). Dalam bentuk garam sodium benzoat kelarutannya adalah 660 gram per liter dan dalam bentuk kalsium benzoat adalah 40 gram per lietr. Dipasaran, biasanya senyawa benzoat tersedia dalam bentuk sodium benzoat dan kalsium benzoat. Yang paling banyak adalah sodium benzoat. Senyawa benzoat dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir, bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk.

Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, pikel, saus sari buah dan sirup.

Efektifitas (daya guna) asam benzoat berkurang jika makanan mengandung lemak. Efektifitas benzoat bertambah jika bahan banyak mengandung garam dapur (NaCl) dan gula pasir. Penambahan senyawa belerang (SO2) atau senyawa sulfit SO3 -2 ) dan gas karbon (CO2) dapat meningkatkan efektifitas senyawa benzoat dalam menghambat pertumbuhan mikroba.

Senyawa benzoat dapat digunakan pada makanan danminuman pada konsentrasi 400 sampai 1000 mg per kg bahan. Untuk keperluan pengolahan saus ini, jumlah asam atau sodium benzoat yang digunakan adalah 8 gram.

    1. Pengasam. Pengasam digunakan untukmengasamkan atau untuk menurunkan pH saus menjadi 3,8~4,4. Pada pH rendah pertumbuhan kebanyakan bakteri akan tertekan dan sel genaratif serta spora bakteri sangat sensitif terhadap panas. Dengan demikian proses sterilisasi bahan yang ber pH rendah dapat dilakukan dengan suhu mendidih (100°C) dan tidak perlu dengan suhu tinggi (121°C). Asam juga bersinergi dengan asam benzoat dalam menekan pertumbuhan mikroba. Jumlah asam yang diperlukan adalah asam nitrat sebanyak 20 gram.

  1. PERALATAN
    1. Pisau perajang dan landasan perajang. Alat ini digunakan untuk merajang buah tomat yang telah dikupas dan dibuang bijinya. Hasl perajangan adalah burupa potongan-potongan tomat berukuran 2-3 cm. Alat perajang mekanis juga dapat digunakan. Sebelum dirajang dengan alat tersebut, tomat harus dibelah memanjang dengan lebar 4-5 cm.
    2. Penggiling rajangan tomat. Alat ini digunakan untuk menggiling rajangan tomat menjadi bubur tomat. Blender dapat digunakan untuk menghaluskan rajangan tomat dalam jumlah kecil menjadi bubur. Mesin penggiling digunakan untuk menggiling tomat dalam jumlah besar menjadi bubur tomat.
    3. Wadah pemasak saos. Wadah ini adalah untuk memasak bubur tomat yang telah diberi bumbu. Wadah ini harus terbuat dari bahan tahan karat, bagian dalamnya licin danmudah dibersihkan.
    4. Kompor. Kompor bersumbu digunakan untuk memasak saus dalam jumlah kecil. Kompor bertekanan udara digunakan untuk memasak saus dalam jumlah besar.
    5. Tungku. Tungku hemat energi dapat dijadikan alternatif. Akan tetapi tungku ini lebih berjelaga sehingga lebih mengotori wadah. Disamping panas tungku lebih sulit diatur. Keuntungannya adalah hemat dalam pemakaian bahan bakar kayu sehingga biaya pengoperasiannya lebih murah.
    6. Penutup botol. Penutupbotol digunakan untuk memasang tutup botol dari kaleng secara rapat. Alat ini mempunyai konstruksi yang sederhana dan biaya pembuatannya murah.
    7. Timbangan. Timbangan digunakan untuk menakar berat bahan yang digunakan. Kapasitas timbangan disesuaikan dengan jumalh bahan yang diolah.
    8. Segel plastik. Segel plastik adalah kantong plastik yang kedua ujungnnya terbuka dapat menempel secara rapat sekali pada mulut botol yang telah dipasang tutupnya. Plastik ini berfungsi sebagai segel.

  1. CARA PEMBUATAN
    1. Pembuatan Saus
      1. Tomat dicuci, bagian tangkai yang agak hitam dibuang kemudian direndam dalam air yang telah diberi kaporit 10 ppm selama 10 menit. Setelah itu, ditiriskan.
      2. Tomat digiling atau diblender sampai halus sehingga diperoleh bubur tomat.
      3. Bubur tomat dicampur dengan bawang putih, bawang merah, merica, kayu manis, garam, cabe, asam sitrat dan asam benzoat. Kemudian diaduk sampai rata. Setelah itu dimasak dan dibiarkan mendidih selama 20 menit dengan api kecil sambil diaduk-aduk.
      4. Setelah itu ditambahkan gula pasir. Pendidihan dilajutkan sambil diaduk selama 10 menit. Kemudian pengadukan dan pemanasan diterukan dengan api sangat kecil sekedar mempertahankan bahan tetap panas. Pengemasan dilakukan pada saat saus dipanaskan ini.
    2. Pengemasan
      1. Botol kaca yang bersih direndam di dalam air yang mengandung kaporit 5- 10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1m3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air peredaman tersebut dalam kondisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar untuk memoertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu tutup botol direbus di dalam air mendidih lain . Selama pengemasan, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
      2. Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan corong, saus panas segera dituangkan dalam botol. Botol hanya diisi sampai 4 cm di bawah mulut botol. Setelah itu sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat, dipasangkan pada mulut botol dan ditutup denganbantuan alat penutup botol. Pekerjaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat.
      3. Proses di atas diulang sampai semua saus terkemas dalam botol.
    3. Sterilisasi
      1. Botol yang sudah berisi saus dan tertutup rapat direbus di dalam air mendidih selama 30 menit. Proses ini kana membunuh banyak mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
      2. Setelah itu, botol dikeluarkan dari air mendidih dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang lain. Setelah itu botol ini harus disterilkan kembali.
    4. Penyegelan

Setelah semua saus dikemas di dalam botol,segel plastik dipasang pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel rapat pada mulut botol.

    1. Pemberian Label

Proses terakhir adalah menempelkan label pada bagian luar botol

TOFEE PERMEN BUAH PEPAYA

TOFEE

PERMEN BUAH PEPAYA

I. PENDAHULUAN

Buah papaya digemari oleh hamper semua kalangan masyarakat, karena mempunyai cita rasa yang manis dan menyegarkan, juga mengandng vitamin C, vitamin A dan vitamin B kompleks. Kandungan vitamin A dan C dalam buah papaya cukup tinggi, masing-masing sebanyak 365 SI dan 78 miligram per gram buah papaya segar.

Buah papaya selain dikonsumsi sebagai buah segar, juga dapat diolah menjadi barbagai bentuk makanan dan minuman yang diminati pasar dalam dan luar negeri seperti olahan puree, pasta papaya, sance, manisan, juice papaya, cocktail dan lain-lain.

Salah satu bentuk olahan yang dapat diproduksi dalam skala rumah tangga adalah permen buah papaya atau dikenal dengan namaTofee pepaya

II. BAHAN

1. Buah papaya yang masak = 4,5 kg

2. Gula pasir = 2,5 kg

3. Susu skim = 0,75 kg

4. Margarine = 4 kg

5. Kertas minyak = 2 lembar

III. PERALATAN

1. Blender atau parutan

2. Wajan

3. Pengaduk

4. Kompor

5. Timbangan

6. Loyang Kue

7. Pisau Stainless

IV. CARA PEMBUATAN

Tata cara pembuatanTofee papaya” adalah sebagai berikut :

1. Persiapkan bahan dan alat seperti tersebut di atas

2. Buah papaya yang sudah masak / matang dikupas, dibuang bijinya, kemudian dicuci bersih dan dipotong-potong kecil-kecil

3. Buah papaya yang sudah dipotongpotong diparut atau diblender sampai menjadi bubur papaya

4. Selanjutnya bubur papaya dimasdak dalam wajan sambil diaduk-aduk dan tambahkan gula pasir dan margarine

5. Pengadukan terus dilakukan sampai terbentuk adonan yang kental (tapi jangan terlalu kental )

6. Setelah adonan mengental, masukkan susu skim yang telah dicairkan dengan sedikit air, sambil terus diaduk hingga adonan menjadi kompak.

7. Untuk mengetahui apakah adonan tersebut telah kompak, dilakukan pengetesan dengan cara menmgambil sedikit adonan dengan sendok, kemudian teteskan ke dalam air. Jika adonan tidak larut dalam air berarti adonan telah cukup kompak.

8. Jika adonan telah kompak, wajan diangkat dan adonan dituangkan ke dalam loyang yang telah diolesi margarine, tebal adonan ± 2 cm. Selanjutnya didinginkan selama ± 2 jam.

9. Setelah adonan dingin dank eras, segera dipotong kecil-kecil berbentuk kotak persegi panjang dan dibungkus dengan kertas minyak.

10. Permen papaya atao toffee papaya siap dikonsumsi atau dijual.

BAGAN ALIR PEMBUATAN “TOFEE PEPAYA”

Buah Pepaya Matang









Pengupasan kulit buah dan dicuci











Pemasakan


Penambahan

Gula pasir , margarine,susu skim







Pemotongan




Pengemasan



Tofee Pepaya


DAFTAR PUSTAKA

Prabawati S, dkk. 1991. Cendawan Penyebab Kerusakan Buah Pepaya Selama Penyimpanan. Jurnal Hortikultura 1 (3) : 45-47

Anonymous. 1997. Teknologi Pengolahan Buah-buahan. Proyek Peningkatan Peran Serta Pemuda. Biro-Humas Departemen Perindustrian dan Perdagangan.-